Sunday, April 8, 2012

Be pro and know the consequence

Mempunyai satu cita-cita bagi setiap orang itu boleh banget dan sah-sah saja. Tetapi jika terlalu terobsesi dengan cita-cita tersebut, bisa jadi itu senjata makan tuan bagi apa yang kita kerjakan sekarang.

Hal ini yang mulai banyak terlihat dari beberapa temanku di kantor yang sedang mengalami demam beasiswa. Situasi tersebut selalu mewarnai hari-hari sepanjang tahun di kantor tersebut. Bagaimana tidak, mulai dari Januari para kandidat ADS mulai tegang menghadapi ujian yang ada diujung mata sampai pada bulan Februari saat pengumuman dilakukan. Lalu bulan Maret akhir sudah ada lagi pengumuman pendaftaran hingga bulan Agustus, lalu Oktober diumumkan kandidat yang akan melakukan test pada bulan Januari. Dan itu berulang sepanjang tahun. Belum lagi beberapa pengumuman beasiswa lainnya sepeerti Nuffic – Neso, Aminef, Beasiswa Jerman, dan lain-lainnya.

Satu hal yang aku lihat, baik dari kandidat yang sukses dapat beasiswa sudah mulai terlihat malas-malasan walaupun waktu training dan keberangkatan masih sangat jauh, hingga bagi kandidat yang belum beruntung atau calon kandidat lainnya mulai kasak kusuk mencari info sekolah dan beasiswa lain di internet, hingga belajar bahasa Inggris di waktu produktif kerja. Itu belum terhitung beberapa orang yang terobsesi dengan hobi lainnya hingga sosial media yang selalu terupdate setiap jam ataupun menitnya. Hal itu terjadi tidak terkecuali pada staf junior hingga staf senior. Yang lebih mengagetkan lagi, pada sore hari atau akhir waktu deadline mereka terlihat sangat stress buru-buru mengerjakan pekerjaannya dan mengeluh pekerjaan tersebut sangat susah dan banyak sekali. Apakah itu sudah terlalu umum terjadi?

Aku tidak munafik jika bilang aku tidak seperti itu, hingga beberapa tahun terahir, mungkin 3-4 tahun setelah mereview kembali apa yang sudah dilakukan. Aku menemukan banyak ketidakpuasan dan hal yang tidak tercapai seperti apa yang diinginkan ternyata adalah hasil dari akibat ketidakefisienanku sendiri dalam bekerja dan berusaha atas apa yang aku inginkan. Akhirnya aku belajar untuk menerima konsekuensi dari apa yang aku harus lakukan di depan mata, dimana ada saatnya aku bekerja di kantor, saatnya harus membaca, saatnya belajar hal lain, atau kegiatan lainnya tanpa harus tumpang tindih dan mengganggu prosesnya satu sama lain. Dengan kata lain, aku tahu apa konsekuensi yang akan kudapati dari satu pekerjaan yang harus diselesaikan, termasuk menjadi lebih profesional untuk segala sesuatunya.

Belajar untuk mendisiplinkan waktu kapan harus memperdalam penguasaan bahasa inggris, kapan belajar menulis, kapan membuka facebook, kapan browsing informasi di internet, kapan bekerja di kantor, hingga membaca surat kabar di kantor. Jadi jangan harap melihat aku membuka facebook di jam kerja, karena aku sudah mempolakan waktu membuka Facebook di malam hari. Awalnya tidak gampang memang untuk mulai mengatur waktu dan mengontrol fokus pada satu waktu, tetapi jika dilakukan pelan-pelan dan konsisten serta persisten, aku rasa tidak ada yang tidak mungkin.

Satu hal lainnya, mempunyai seseorang yang selalu menyemangati apa yang kita lakukan itu sangat membantu dan memudahkan proses tersebut. Seseorang itu bisa pacar, sahabat, teman, saudara, atau bahkan orang tua. Saat pertengahan proses yang kadang membuat galau, dengan menceritakan secara jujur kepada seseorang dapat membantu dan menyegarkan kembali tekad untuk merubah kebiasaan tersebut. Tidak gampang, tetapi hal itu sangat berarti untuk mengubah kebiasaan yang ingin diubah. Bahkan saat aku merasa usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil, harus percaya dan sekali lagi, HARUS PERCAYA bahwa usaha sekecil apapun itu, dengan niat dan doa yang tulus, akan membuahkan hasil.

Berusaha menyadari semua konsekuensi apa yg ada di depan mata dan berusaha menjadi professional di hal terkecil pun, Alhamdulillah, akhirnya itu yang mengantarkan aku untuk menimba ilmu lebih tinggi lagi di negeri orang secara gratis.

Aku senang tetapi aku sadar konsekuensinya... aku harus berusaha sebaik mungkin untuk tantangan yang ada di depan mata dengan tetap menjadi profesional di kantor untuk menyelesaikan tugas-tugas sebaik yang aku dapat lakukan.

Satu – dua orang yang bertanya kepadaku bagaimana resepnya untuk berhasil mendapatkan beasiswa itu, sudah pula aku jelaskan resep sederhana ini, tetapi sejauh apa mereka memahaminya? Yah itu pilihan mereka sendiri bukan?

No comments: