Wednesday, December 26, 2012

Memutuskan untuk Melakukan Perubahan

Tidak terasa, setelah sekian puluh hari, atau mungkin ratusan, aku baru mempunyai waktu untuk update blog ini. Setelah menunggu suami tidur, barulah aku beranjak ke ruang duduk tengah, dengan segelas kunyit asam hangat, mulai mengetik satu-satu kata di laptop kesayanganku ini.

Suami? well,... sudah lebih dari 2 minggu aku dan suamiku kini mengikrarkan janji sehidup semati. Sebuah momen yang kita tunggu-tunggu selama lebih dari 4 tahun, akhirnya terwujud. Walau dengan rencana yang jauh dari yang kami persiapkan sebelumnya.

Perubahan. Yup, perubahan yang sangat berbeda ini, adalah sebuah komitmen jangka panjang, bahkan keinginan kami, untuk seumur hidup, adalah sebuah awal dari segala-galanya. Bukan karena menikah karena aku akan meninggalkan tanah air untuk waktu tidak bisa dibilang sebentar, ataukah menikah karena aku ingin sekali keluar dari lingkungan rumah yang sudah menyesakkan hati itu, tetapi menikah untuk memulai hidupku dan hidup suamiku dengan apa yang kita berdua impikan sejak pertama membuat komitmen untuk menjalin hubungan lebih serius dari sekedar berteman.

Sebuah perubahan drastis, dari aku yang bebas menentukan segala sesuatu yang ingin aku lakukan terhadap hidupku, menjadi sebuah komitmen berdua dimana semua hal yang akan dilakukan adalah demi kebaikan dan keinginan kita berdua. Aku yang dulu tentunya sudah berakhir, dan kini berlanjut menjadi aku dalam kami yang akan hidup dan beraktifitas untuk keluarga tanpa menepikan pandangan, visi, dan tujuan yang dulu aku inginkan sebelum menikah.

Menikah bukanlah judi yang masih menebak kemana arah akan membawa, karena jika melenceng dari arah kebahagiaan yang kita impikan, banyak orang yang kemudian menyerah di tengah jalan. Bukan pula menikah hanya untuk melengkapi tujuan hidup kita agar menjadi lebih sempurna, tanpa tahu takaran kesempurnaan mana yang digunakan. Tetapi bagiku, menikah, adalah keputusan yang secara sadar aku dan suamiku inginkan untuk membuat cerita kami berdua menjadi lebih berwarna dan bermakna untuk kami berdua, dan anak-anak kami kelak, serta makhluk hidup di sekitar kami. Kami yang merencanakannya sehingga kemana bahtera ini pergi, kami akan berusaha untuk menjadi pelautnya, tanpa harus menurunkan sauh atau merapat ke tepian.

Karena, segala keputusan yang kita lakukan harus siap dengan segala konsekuensi yang akan dihadapi, tanpa harus menyalahkan takdir atau Tuhan yang menjadikan hidup menjadi tidak nyaman untuk dilalui.

Dan aku bersyukur, segala sesuatu yang kami niatkan, menjadi lebih mudah, sehingga kami juga akan dapat memudahkan orang lain pula untuk mendapatkan impian yang mereka inginkan.

Wednesday, October 17, 2012

Ujian Itu Adalah Bagaimana Berhadapan Dengan Diri Sendiri

Untuk menghadapi ujian IELTS beberapa hari ke depan, aku baru menyadari bahwa selama ini, ujian yang aku maksudkan adalah bagaimana berhadapan dengan diri sendiri. Mau seberapa lama waktu persiapan yang ditempuh, selama belum dapat menghadapi perasaan sendiri, semua waktu itu akan menjadi tidak efektif. Tetapi jika diri sudah bisa berdamai dengan kata hari, dengan perasaan dan akal pikiran yang ada, waktu semalam pun dapat memindahkan gunung ke pulau seberang.

Masalahnya adalah seberapa banyakkah kita mau jujur dengan diri sendiri dan berkata pada cermin yang ada di depan sana, "Halo Sahabat, mari kita hadapi semua ujian itu dengan suka cita".

Saturday, April 14, 2012

Manusia dan Alam Pikirannya

Jika sebuah kalimat ini yang menjadi pekerjaan rumah dalam beberapa tahun ini, lalu sampai dimanakah informasi yang didapat? Jika pernyataan ini menjadi sebuah pertanyaan, sejauh apa aku menemukan jawabannya?

Langkah awal yang mungkin aku lakukan adalah meletakkan semua apa yang kupikirkan atas sesuatu dan berdiri ditengah kesunyian sambil terdiam. Diam dalam kedalaman hati untuk mencari tahu, siapakah aku?

Dapatkah aku melihat diriku sendiri secara jujur tanpa adanya pembenaran yang selama ini membentengiku? Menerima bahwa aku baik, aku jahat, aku cantik, aku buruk rupa, aku berbohong, aku jujur, aku hebat, aku pecundang, aku terkenal, aku terkucilkan, aku, aku, dan segala apa yang aku pikirkan selama ini.

Bahkan saat aku memberikan penilaian terhadap orang lain disekitarku, untuk orang yang aku cintai, aku benci, aku hormati, aku hina, aku senangi, aku jahati, dan segala yang aku pikirkan terhadap seseorang selama ini. Bisakah aku menjadi aku tanpa aku yang memberikan penilaian terhadap aku, orang lain bahkan terhadap sesuatu yang ada.

Lalu dengan aku dan apa yang aku inginkan. Menerima bahwa apa yang aku inginkan tidak dapat aku dapati, juga apa yang telah aku dapati dan apa yang aku inginkan lagi. Aku dan apa yang aku inginkan, bagaikan jaring yang mengurung hati dengan keinginan-keinginan dalam aku dan orang lain. Bisakah aku menerima atas semua dari apa yang telah ada saat ini dengan rasa syukur dan tanpa penilaian apapun?

Aku dan pikiranku bagaikan sebuah buku dengan lembar tanpa batas dan seorang penulis yang selalu siap dengan pena ditangannya. Yang akan bergerak terus dalam waktu dalam pikiran dan rasa. Bisakah aku menerima tanpa semua itu dan menelanjangi diriku dengan apa yang selama ini melekat ditubuhku? Menjadi aku tanpa apa-apa dan aku tanpa alam pikiran, alasan dan penilaianku atas apa pun.

Jika orang menyebutkan bahwa itu aku mati dan tiada, apakah aku dapat menyadari bahwa semua itu tidak ada apa-apanya. Hampa, nol, atau nihil.

Beranikah diriku melihat aku apa adanya, tidak ada apa-apa, dan bukan siapa-siapa?

Dunia Cermin

Jika melihat manusia dengan apa yang dipikirkanya bagaikan menyelam lautan yang tanpa dasar, lengkap dengan segala keindahan dan ancaman yang ada didalamnya. Saat sebuah pikiran muncul didalam benak seseorang, hanya dirinyalah yang mengetahui dengan pasti apa dan bagaimana sesungguhnya. Apakah sebuah ketulusan, keangkuhan, keakuan, kesombongan, atau bahkan sebuah pembuktian diri terhadap sesuatu, hanya manusia dan hati nuraninya yang mengetahuinya dengan pasti.

Tetapi apakah seseorang itu dapat jujur dengan dirinya sendiri apa dan bagaimana serta apa yang sesungguhnya yang dia inginkan?

Jika aku adalah seseorang yang dia cerminkan dalam sebuah dunia kaca yang penuh dengan keakuan, bisakah aku menempatkan seseorang disekitarnya seperti apa yang dia pikirkannya terhadap diri dia sendiri?

Bisakah aku menerima bahwa aku telah berbuat salah walau hanya untuk membuktikan bahwa aku suka, ingin memiliki, bahkan terlihat lebih dari dia yang ada disekitar aku? Bisakah aku menerima bahwa dia juga memiliki keinginan akan dia dan ruang yang ada di dunia cermin ini?

Jika dunia cermin ini menjadi sebuah buku yang suatu saat aku dapat membacanya kembali, bisakah aku menerima aku yang aku inginkan dengan dia dia yang ada disekitarku ternyata tidak seperti apa yang aku inginkan? Apakah aku hanya tinggal membalikkan cermin, memecahkannya atau bahkan membuangnya dan menggantikan dengan cermin seperti apa yang kita inginkan?

Bisakah aku mengakui dan menerima bahwa apa yang aku lakukan adalah sesuatu yang tidak aku dan dia inginkan? Bahkan saat aku merasa aku lebih dari dia, menerima bahwa ternyata aku ternyata tidaklah lebih sebuah debu pun dari dia? Atau bisakah aku menerima bahwa aku memang tidak bisa menang atau bahkan kalah dari dia?

Dan jika ternyata saat ini aku membaca, merasakan dan memahami bahwa ada sesuatu pikiran bahwa aku tidaklah seperti apa yang aku rasakan saat ini, bisakah aku menjadi aku yang menerima aku seutuhnya?

Jika aku menjadi dan aku tiada. Maka aku menjadi dia, dan dia menjadi aku.


Catatan: ini hasil karya tahun 2010 lalu.

Menjadi Manusia Paranormal Apakah Sebuah Kebutuhan?

Ada satu milis yang sangat heboh mengenai penggalian bakat diri dalam bidang supranatural. Ada yang melalui penggunakan jimat atau amulet untuk berbagai keperluan, ada yang melalui mantra atau berbagai ritual, mengolah tenaga dalam, hingga menggunakan satu bagian dari sebagian kecil ajaran sebuah agama. Satu hal lagi, ada yang sibuk dengan membanggakan diri dengan kemampuan supranya, mengaku menjadi indigo, serta membuka mata ketiga untuk membuka gerbang kemampuan super lainnya. Dengan berbagai macam alasan, perlukah itu dilakukan?

Memang beberapa manusia terlahir sensitif, tetapi menurutku semua manusia mempunyai kata hati untuk menentukan pilihan dari apa yang ingin dia lakukan dalam hidup. Di luar konteks agama yang ada, menurutku dengan sikap kerja keras, berfikir positif, dan menjalankan semuanya dengan niat yang baik tanpa merugikan orang dan alam sudah cukup bagi manusia untuk menjalani hidupnya.

Penggalian potensi diri perlu dilakukan, tetapi memaksakan diri untuk menjadi sesuatu apalagi yang berbau supranatural akan menguras banyak energi dan materi yang mana semua itu dapat dia gunakan sebagai modal untuk berusaha agar mencapai apa yang dia inginkan.

Lalu ada pertanyaan lain, apa istimewanya diakui menjadi seorang Indigo? Mempunyai tingkat sensitif yang lebih tinggi dari orang pada umumnya juga bukanlah sesuatu hal yang patut dibanggakan jika dia menggunakannya untuk menonjolkan si ‘aku’ tanpa membantu orang lain. Apakah aku mendeskreditkan orang indigo? Tentu tidak, karena aku merasakannya sendiri dan tidak ada yang istimewa dengan itu semua.

Jika diberi kelebihan itu semua secara natural, apakah itu menjadi alasan menjadi istimewa di mata manusia lain? Karena sesungguhnya semua itu sama di hadapan Sang Pencipta, tidak ada keistimewaan bagi orang indigo atau orang yang mempunyai kemampuan supranatural. Dan akan menjadi lebih celaka lagi jika mereka menggunakan itu secara komersial. Dan yang lebih sulitnya lagi, mereka tumbuh subur karena memang mereka dicari orang yang tidak percaya diri dengan apa yang dia punya. Tentunya, ada suppy ada demand. Lalu, bagaimana dengan kebutuhan manusia untuk hidup?

Manusia itu semuanya dikaruniai kemampuan luar biasa untuk menggunakan otak, pikiran dan perasaannya untuk bertahan hidup dan membuat semua apa yang dia butuhkan. Hanya dibutuhkan tekad dan niat untuk berusahalah yang dapat membawa manusia keluar bumi dan menciptakan teknologi lainnya untuk menunjang aktifitas hidupnya.

Walau semua itu kembali ke diri kita sendiri untuk memilih bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini, tidak ada salahnya untuk kita lebih mengenal diri sendiri dan lebih bijaksana untuk memilih serta tidak menggunakan apa yang kita punya untuk merugikan orang lain apapun alasannya.

Sejauh Apa Kita Mau Perduli?

Tidak ada yang salah untuk menjadi lebih kritis dan lebih perduli untuk hal yang ada di depan mata kita. Contohnya saja dengan penggunaan styrofoam dalam kemasan makanan. Hal ini awalnya terjadi saat aku memposting sebuah foto sungai yang permukaan airnya hampir tertutupi sampah Styrofoam. Lalu kakak kelasku ada yang bertanya, bagaimana dengan produk kemasan yang dipakai salah satu makanan Jepang cepat saji yang telah memberikan logo aman bagi lingkungan? Karena penasaran, akhirnya kuhabiskan beberapa waktu sore hari ini untuk menelaah informasi lebih lanjut mengenai bioplastik ini.

Setelah beberapa saat, terdapat banyak informasi mengenai sang bioplastik ini. Iseng punya jari-jari kritis ternyata website sang produsen pembuat kemasan yang dibuat tahun 2010 itu tidak ada info lebih lanjut selain masih dalam pengembangan tanpa ada informasi lebih detail. Hanya ada tulisan yang memberitahukan bahwa plastic ini dapat terurai beberapa tahun, dan ada catatan dibawahnya bahwa hal itu terjadi tergantung dari panas, tingkat intensitas cahaya matahari dan kelembaban. Cukupkah percaya hanya dengan ini?

Untukku, tentu saja tidak! Akhirnya aku kembali mencari informasi lebih lanjut mengenai bioplastik ini. Hingga pada satu ulasan website greenliving (http://www.greenlivingonline.com/article/truth-about-bioplastics) yang menerangkan bahwa jangan mudah percaya dengan apa kata tulisan pada produknya. Tetap saja banyak kondisi external yang dapat menjadi penghambat dari proses tersebut. Terlebih lagi, menurutku, sesuatu yang diciptakan itu, termasuk energi yang terkandung dalam satu benda, tidak dapat hilang begitu saja tanpa berubah menjadi sesuatu materi lain. Dengan catatan, tetap saja produk itu perlu satu proses untuk daur ulang.

Bisa jadi, peletakan logo tersebut adalah sebuah strategi marketing sebuah perusahaan dengan mengambil hati konsumen dengan logo ramah lingkungannnya. Sejauh apa kontribusi perusahaan, dengan konteks ini sang rumah makan cepat saji tersebut, untuk membantu proses daur ulang kotak makanan yang mereka gunakan? Terlebih lagi jika masih dengan mudahnya kita melihat sampah dan sisa bungkusan tersebut dibuang tercampur dengan sampah lainnya atau bahkan terlihat di sebuah sungai atau sudut yang jauh dari kategori tempat sampah yang akan didaur ulang?

Jadi, jangan cepat percaya dari sebuah logo ramah lingkungan. Jadilah lebih kritis atas apa yang ada didepan kita dan menjadi lebih perduli untuk memulai gaya hidup yang lebih ramah terhadap alam. Bukan mengikuti tren yang ada, tetapi perduli untuk membantu bumi tetap menjadi tempat hidup yang aman dan nyaman bagi kita semua hingga anak cucu.

Mengutip sebuah kalimat dalam buku Panduan Masyarakat untuk Kesehatan Lingkungan yang dikeluarkan oleh Hesperian, “Semua yang berasal dari bumi harus dikembalikan ke bumi, dan semua yang berasal dari pabrik harus dikembalikan ke pabrik”.

Sunday, April 8, 2012

Be pro and know the consequence

Mempunyai satu cita-cita bagi setiap orang itu boleh banget dan sah-sah saja. Tetapi jika terlalu terobsesi dengan cita-cita tersebut, bisa jadi itu senjata makan tuan bagi apa yang kita kerjakan sekarang.

Hal ini yang mulai banyak terlihat dari beberapa temanku di kantor yang sedang mengalami demam beasiswa. Situasi tersebut selalu mewarnai hari-hari sepanjang tahun di kantor tersebut. Bagaimana tidak, mulai dari Januari para kandidat ADS mulai tegang menghadapi ujian yang ada diujung mata sampai pada bulan Februari saat pengumuman dilakukan. Lalu bulan Maret akhir sudah ada lagi pengumuman pendaftaran hingga bulan Agustus, lalu Oktober diumumkan kandidat yang akan melakukan test pada bulan Januari. Dan itu berulang sepanjang tahun. Belum lagi beberapa pengumuman beasiswa lainnya sepeerti Nuffic – Neso, Aminef, Beasiswa Jerman, dan lain-lainnya.

Satu hal yang aku lihat, baik dari kandidat yang sukses dapat beasiswa sudah mulai terlihat malas-malasan walaupun waktu training dan keberangkatan masih sangat jauh, hingga bagi kandidat yang belum beruntung atau calon kandidat lainnya mulai kasak kusuk mencari info sekolah dan beasiswa lain di internet, hingga belajar bahasa Inggris di waktu produktif kerja. Itu belum terhitung beberapa orang yang terobsesi dengan hobi lainnya hingga sosial media yang selalu terupdate setiap jam ataupun menitnya. Hal itu terjadi tidak terkecuali pada staf junior hingga staf senior. Yang lebih mengagetkan lagi, pada sore hari atau akhir waktu deadline mereka terlihat sangat stress buru-buru mengerjakan pekerjaannya dan mengeluh pekerjaan tersebut sangat susah dan banyak sekali. Apakah itu sudah terlalu umum terjadi?

Aku tidak munafik jika bilang aku tidak seperti itu, hingga beberapa tahun terahir, mungkin 3-4 tahun setelah mereview kembali apa yang sudah dilakukan. Aku menemukan banyak ketidakpuasan dan hal yang tidak tercapai seperti apa yang diinginkan ternyata adalah hasil dari akibat ketidakefisienanku sendiri dalam bekerja dan berusaha atas apa yang aku inginkan. Akhirnya aku belajar untuk menerima konsekuensi dari apa yang aku harus lakukan di depan mata, dimana ada saatnya aku bekerja di kantor, saatnya harus membaca, saatnya belajar hal lain, atau kegiatan lainnya tanpa harus tumpang tindih dan mengganggu prosesnya satu sama lain. Dengan kata lain, aku tahu apa konsekuensi yang akan kudapati dari satu pekerjaan yang harus diselesaikan, termasuk menjadi lebih profesional untuk segala sesuatunya.

Belajar untuk mendisiplinkan waktu kapan harus memperdalam penguasaan bahasa inggris, kapan belajar menulis, kapan membuka facebook, kapan browsing informasi di internet, kapan bekerja di kantor, hingga membaca surat kabar di kantor. Jadi jangan harap melihat aku membuka facebook di jam kerja, karena aku sudah mempolakan waktu membuka Facebook di malam hari. Awalnya tidak gampang memang untuk mulai mengatur waktu dan mengontrol fokus pada satu waktu, tetapi jika dilakukan pelan-pelan dan konsisten serta persisten, aku rasa tidak ada yang tidak mungkin.

Satu hal lainnya, mempunyai seseorang yang selalu menyemangati apa yang kita lakukan itu sangat membantu dan memudahkan proses tersebut. Seseorang itu bisa pacar, sahabat, teman, saudara, atau bahkan orang tua. Saat pertengahan proses yang kadang membuat galau, dengan menceritakan secara jujur kepada seseorang dapat membantu dan menyegarkan kembali tekad untuk merubah kebiasaan tersebut. Tidak gampang, tetapi hal itu sangat berarti untuk mengubah kebiasaan yang ingin diubah. Bahkan saat aku merasa usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil, harus percaya dan sekali lagi, HARUS PERCAYA bahwa usaha sekecil apapun itu, dengan niat dan doa yang tulus, akan membuahkan hasil.

Berusaha menyadari semua konsekuensi apa yg ada di depan mata dan berusaha menjadi professional di hal terkecil pun, Alhamdulillah, akhirnya itu yang mengantarkan aku untuk menimba ilmu lebih tinggi lagi di negeri orang secara gratis.

Aku senang tetapi aku sadar konsekuensinya... aku harus berusaha sebaik mungkin untuk tantangan yang ada di depan mata dengan tetap menjadi profesional di kantor untuk menyelesaikan tugas-tugas sebaik yang aku dapat lakukan.

Satu – dua orang yang bertanya kepadaku bagaimana resepnya untuk berhasil mendapatkan beasiswa itu, sudah pula aku jelaskan resep sederhana ini, tetapi sejauh apa mereka memahaminya? Yah itu pilihan mereka sendiri bukan?

Tuesday, April 3, 2012

Berfikir Resep Makanan

Beberapa hari ini, saatku perhatikan, setiap sore pikiranku selalu tertuju pada sebuah proses memasak sebuah resep baru.

Seperti sore ini, yang terpikirkan olehku adalah sebuah resep membuat daging hamburger tetapi hanya menggunakan jamur, bawang bombai, telur, bumbu-bumbu, dan oat. Jadi terekam diotakku, ada semangkuk oat, lalu dimasukkan bawang bombai potong dadu kecil-kecil, telur, dan jamur tiram. Lalu dikasih bawang putih halus, garam, merica dan ketumbar halus. Diaduk hingga menyatu dan dibuat pipih lalu digoreng.

Penyajiannya bisa dimakan seperti sandwitch atau hamburger. Hmn... akan kucoba ah liburan weekend panjang ini.

Monday, March 19, 2012

Menghabiskan Satu Sore dengan Acara Sale

Beberapa hari yang lalu, atas ijin cowokku, aku bersama seorang teman kantor pergi ke sebuah departement store terkemuka yang sedang giat-giatnya promo great salenya. Secara naluriah, tanpa menghiraukan pegal-pegal abis lembur di kantor, aku keliling pertokoan tersebut.

Sesudah mengisi bahan bakar berupa es kopi di salah satu kafe coffee illy, langkah kami berdua bermula pada bagian koper-koper. Minggu lalu aku sudah membeli persiapan satu buah koper besar untuk keberangkatan Desember nanti, tetapi melihat sebanyak itu koper yang ada pada minggu diskon ini, mau tidak mau rasa antusiasku menyemangatiku untuk keliling ke lautan tas koper yang menarik hati tersebut. Kulirik satu tas yang menurutku rada 'cowok dan macho', tetapi kali ini perasaanku mantap untuk melakukan penghematan demi rencana kami untuk beberapa bulan mendatang.

Lalu bergerak ke bagian baju-baju. Perhatianku tertarik ke arah ke berbagai jenis blazer dengan berbagai model. Dengan cepat pikiranku menghapalkan model dari salah satu yang sangatku suka. Niatnya nanti mau menjahit model blazer tersebut dengan stok bahan batik yang ada. Setelah itu langkahku pelan-pelan mengitari area baju wanita hingga ke bagian pakaian dalam.

Temanku sempat menggodaku untuk segera membeli pakaian dalam untuk acara nikahan nanti. Hehehe malu juga tetapi senang juga temanku yang sudah kuanggap kakakku sendiri itu memberikan saran 'perempuan' kepadaku. Tetapi setelah menimbang dengan rencana yang sudah kubuat sebulan ini, aku masih menahan diri untuk memberi persiapan ini itu.

Temanku itu membeli cukup banyak barang pada sore hati itu. Walau niatnya mau membeli koper besar untuk persiapan Desember juga, malah membeli hal lain hehehe.... Alesannya, dia mau membeli koper sepertiku, Elle asli diskon yang cukup banyak dan berhadiah satu buah ransel cantik. Tetapi sejauh itu, acara sore hari itu sangat menyenangkan.

By the way, tahukah apa yang kubeli sepanjang sore itu? hanya dua buah celana dalam warna nge-jreng. Hahaha jadi inget seorang teman lama yang senangnya ke mall untuk membeli pakaian dalam. Gimana ya kabarnya dia sekarang? hihihi

Membeli Cinta

Kalimat tersebut merupakan salah satu judul yang sekilas terlihat dari enews yang kubaca pagi ini. Entah kenapa, pikiranku langsung tertuju kepada satu orang teman lama.

Temanku itu bukanlah orang yang jelek secara fisik walaupun memang sedikit gemuk dan tidak proposional. Tetapi rejekinya sangat baik, lantaran sekarang bekerja di sebuah bank terkenal dan sukses menjadi Relationship Manajer. Penghasilan mungkin cukup tinggi sehingga seumuranku telah bergelar master, dapat membeli apartemen di bilangan sudirman, mobil mewah dan sering plesir ke luar negeri (entahlah itu uang dari mana hehehe). Tapi kekurangan yang selalu dikeluhkannya adalah tidak ada cowok yang mencintai dia apa adanya.

Setidaknya sebagai teman yang lumayan dekat, aku sering mendapatkan curhatan mulai dari tiga mantan pacar hingga cowok terakhir ini yang menurutku sarat dengan penipuan karakter tingkat tinggi (cieh abissss gaya nulisnya). Untuk tiga mantan cowok terakhir, terlihat jelas bahwa para cowok tersebut memanfaatkan temanku itu dengan kelebihan materi. Bahkan mantan pacar yang terakhir sudah sering diajak plesir ke luar kota hingga ke pulau Bali. Bahkan sudah tersirat rencana untuk menikah, bahkan ada wacana dari temenku untuk mendongkrak karir cowok tersebut untuk membiayainya untuk mengambil sertifikasi ahli atau gelar masternya.

Sepanjang perjalanan pacaran mereka, setidaknya dua dia pergi ke kampung sang cowok di kota kecil luar Jakarta dan ke keluarganya yang lain yang ada di Jakarta. Keluarga cowoknya yang sangat sederhana sepertinya menaruh harapan tinggi agar cepat menikah. Tidak lama sang cowok sering komplen dengan ukuran badan temanku ini, bahkan menyuruh temanku untuk ikut program diet agar terlihat lebih kecil dan lebih cantik. Tidak lama berselang, temanku tahu bahwa mantan cowoknya itu selingkuh dibelakangnya, dengan segala fasilitas yang diberikannya, ke seorang perempuan yang jauh lebih cantik, lebih kurus, tetapi lebih ‘perempuan’. Tragedi tersebut bahkan membawa temanku itu berapi-api untuk melampiaskan emosinya hingga berfikir untuk mem-bully perempuan itu dengan kata-kata yang tidak menyenangkan.

Rasanya tidak adil jika aku tidak mengupas dari sisi karakter temanku ini. Aku mengenalnya sudah sangat lamaaa sekali. Baik sifat baiknya hingga sifat buruknya bahkan cowokku sudah mewanti-wanti untuk tidak terlalu dekat dengannya. Tipenya adalah cewek yang mau terlihat lebih dari orang lain, baik teman-teman terdekatnya. Maunya semua temannya tergantung kepadanya karena dia yang satu-satunya yang membawa mobil dari masa sekolah. Pokoknya ’gw musti jd center of interest!’. Selain itu dia selalu memandang kesuksesan itu dilihat dari sebanyak apa materi yang dipunyai. Dulu dia pernah make a wish untuk mempunyai cowo yang badannya bagus, mengendarai Honda Jazz, dan memberikan dia cincin berlian. Hahaha.. bayangkan itu dia ucapkan pada saat masa akhir kuliah. Dan yang paling menggenaskan adalah dia senang sekali terlihat dominan dari temannya dan bahkan cowoknya. Jadi terkadang aku merasa, cowoknya itu hanyalah sesosok orang yang menyandang status pacar atau suami saja jadinya. Dulu pernah saat dia drop abis karena diputuskan oleh pacar-pacarnya karena selalu ada wanita idaman lain, aku ingat dia pernah menangis mengatakan bahwa dia hanya perlu anak dari pasangannya.

Perlu dicatat, gaya hidupnya sangat-sangat tidak sehat, perokok tangguh, peminum alkohol dan turunannya secara sadar, doyan dugem hingga jackpot (tahukan jackpot? Kata temenku yang lain, saat lagi dugem buka buka botol wine/beer trus mabok sampe muntah) serta makanan yang tidak sehat. Seumur aku ini, dia pernah operasi tumor di payudara akibat gaya hidupnya yang ajaib itu. Dapat bonus, langsung dugem dan buka botol rame-rame. Tetapi, dibalik semua sifatnya itu, sebenarnya dia anak yang cukup baik (awal aku berteman dengannya, tetapi drastis berubah pada saat sekarang) dan sangat kesepian. Sebagai teman lamanya, aku akan bersikap baik apapun kondisi dia sejauh tidak membawa pengaruh buruk buatku. Cowokku pernah berpesan, aku harus waspada dengan gaya hidupnya, dan jangan terjebak untuk masalah narkoba atau miras yang mungkin melekat padanya.

Setelah hampir tertipu dengan cowok asing yang suka minta transfer uang, akhirnya ada satu cowok made in luar negeri juga yang berhasil membuat temanku itu klepek-klepek. Setelah membuktikan diri dengan datang ke indonesia *atas dana temanku itu* dan menginap 1 bulan di apartemennya bersama teman senegaranya dengan membawa pacarnya dari negara lain *ee.. aku nda mau komentar apa-apa tentang hal ini*, semakin membuat temanku itu cinta mati dengan tu cowok bule. Setelah itu, temanku mengirimkan uang untuk membeli motor bekas di negaranya cowok itu untuk menunjang pekerjaannya sebagai penjaga fitness center milik kakaknya (Did I have mention that he is only high school graduate?). Entah barang apa yang sudah dibelikan oleh temenku itu, setahuku mulai dari smartphone, sepatu olah raga mahal, entah apa lagi.

Akhir tahun kemarin temanku itu curhat kepadaku bahwa adiknya mau menikah dipertengahan tahun ini. Karena dia tidak mau dilangkahi adeknya itu, dia mulai mendesak sang cowok itu untuk segera menikahnya dan menikah sebelum adeknya itu. Dimulai untuk mengurus surat keterangan penceraian dengan istrinya di negeri asalnya (hmn katanya cowok ini katanya ditinggal oleh istrinya, hidup terpisah tetapi belum bercerai). Prosesnya pun sedikit membuatku kaget karena dengan mudahnya temanku itu menyuruh ini itu, terkesan mendikte menurutku. Aku tidak bertanya siapa yang membiayai semuanya, hahaha.. males banget nanyanya. Dan dia tidak melihat dari sisi orang tua yang terpaksa menikahkan kedua anaknya dalam satu tahun dan hanya berselisih 3 minggu saja. Terbayang olehku bagaimana repot dan lelahnya kedua orangtunya itu dan seberapa banyak uang yang dikeluarkan untuk kedua acara pernikahan itu. Setahu aku, temenku itu malah tidak membantu sepersen pun untuk acara nikahan, tetapi meminta dua kali acara, di rumah dan di gedung, dan biaya untuk honeymoon. Alesannya, itu kan tugasnya orang tua (gubrak.. rasanya aku mo pingsan pas mendengar itu, sungguh!).

Setelah proses ini itu terlalui, akhirnya sang cowo datang lagi ke Indonesia (tidak tahu dengan modal siapa, hehehe), dengan membawa cincin berlian yang cukup besar (sebesar yang dipakai Bosku yang super kaya sepanjang hidupnya, jadi aku mulai bertanya-tanya apakah itu asli? Hahaha), meminta secara langsung ke orang tuanya temenku dan diperkenalkan ke seluruh keluarga besar. Selama 1 bulan lebih ini dia disini, tentu saja semuanya di-service oleh temanku itu. Satu apartemen berdua saja (Well, no comment dengan hal ini juga walau katanya sang cowo itu keagamaannya sangat kuat).

Yang membuatku terkaget lagi adalah sikap temanku yang cukup ajaib, tetap dengan gayanya yang bossy menyuruh suaminya ini itu. Bukan masalah dia menyuruhnya tetapi dari caranya menyuruh yang tidak terkesan seorang calon istri ke pada calon suaminya. Bagiku, suami adalah imam keluarga, dia yang akan memimpin keluargaku, walau kita berdua sepakat untuk memposisikan diri untuk saling bekerja sama tanpa ada seseorang merasa dibawah. Dan yang sangat mengejutkan lagi, sikap cowonya yang mau saja disuruh ini itu. Setahuku, pride of the self seorang laki-laki apa lagi keturunan arab sana sangatlah tinggi.

Menurut pendapat pribadiku, cowok ini antara memang sifatnya yang lemah atau dia hanya berpura-pura pada saat ini. Takutnya setelah menikah, baru sifat aslinya keluar. Menurut bocoran dari temenku itu, rencana hidup mereka nanti adalah temenku yang bekerja dan cowok itu di rumah, dikasih waktu 2 tahun untuk melihat peluang kerja di Indonesia untuk mencari uang. Kata temanku itu, dia akan mengumpulkan pundi-pundi uang selama 2 tahun itu. Tahukah waktu aku mendengarkan dia menyebutkan kata ”pundi-pundi uang” itu, aku merinding dan langsung terbayang prilaku meminta uang kepada nasabah dia semakin merajalela.

Sungguh, aku sendiri menjadi tidak tega untuk berlama-lama dekat temanku itu. Secara tidak tahan untuk menceramahi dia, tetapi sebagai teman lamanya sudah berapa kali disampaikan kepadanya untuk berhati-hati terhadap apa yang dia putuskan. Sempat satu pertengkaran rada sengit saat dia menaruh status YM ”My way is Your Will”. Menurutku, apapun yang dia pilih untuk lakukan sesuatu bukanlah karena Tuhan yang menentukan. Itu pilihan dia murni. Sebelumnya dia sudah diberikan mimpi ini itu, bahkan banyak pertanda yang mengisyaratkan agar berhati-hati, tetapi mata hati dia seperti sudah dibutakan. Takutnya nanti jika semua yang dia hadapi tidak seperti yang dia inginkan, dia akan menyalahkan Tuhan sepenuhnya.

Sesungguhnya aku tidak ingin membeberkan kejelekan teman sendiri, tetapi yang kuinginkan adalah memberikan contoh pelajaran bahwa tidak baik untuk membeli cinta jika ingin mempunyai pacar yang serius bahkan untuk mencari suami. Tidak hanya untuk menghindari diri untuk mengemis cinta, juga jangan pernah membeli cinta terutama sebagai kaum perempuan. Bagi yang belum menemukan cinta, jangan pernah putus berdoa agar tidak dibutakan mata hati untuk berfikir jernih. Bersyukurlah apa yang sudah dipunyai dan bersabarlah bagi hal-hal yang belum terwujud.

Seperti kata cowokku beberapa waktu lalu, tidak ada doa dan usaha yang sia-sia selama motivasinya untuk memberikan kebaikan dan segalanya akan indah pada waktunya.

*ah so sweeeetttttt hihihi* Trims Sayang.

Saturday, February 25, 2012

ASI | Kado Istimewa Ibu untuk Sang Bayi

Ada yang menarik dari email undangan internal meeting di mailing-list kantor, ”Pelaksanaan Konsultasi Laktasi”.

Yang terlintas di kepalaku adalah: Laktasi = Menyusui = ASI.

Oke, berarti pelaksanaan konsultasi ini akan berputar antara wanita, hamil, melahirkan, dan payudara ..eh.. menyusui. Tentunya sebagai wanita usia produktif dan akan hamil (amin) nantinya perlu banget untuk mengikuti kelas konsultasi ini. Apalagi yang membawakannya adalah konsultan laktasi pentolan dari lembaga yang bernama UNICEF dan pelaku laktasi yang sukses.

Saat hadir dalam ruangan konsultasinya, hawa-hawa ibu-ibu hamil dan melahirkan sungguh kentara. Dengan duduk manis dipojokan, sempat digoda oleh salah satu temanku yang dalam masa menyusui intensif. Perlu dicatat, mbak-mbak yang menggodaku itu adalah jauh dibawahku dan sudah mempunyai satu putra. (dalam artian, saya sudah tua dan belum menikah.. halah malah diperjelas). Tidak lama ada beberapa teman-teman kantor yang berjenis kelamin pria hadir untuk mensukseskan kelas konsultasi tersebut. Tentunya dengan semangat mencari informasi lebih lanjut tentang ASI dan Menyusui untuk istri dan anak-anaknya.

Masuk ke materi, ternyata ASI sangat – sangat berguna bagi sang bayi. Istilah tragisnya, ASI itu adalah darah sang anak untuk bekal dia tumbuh cerdas di kemudian harinya. Karena ASI merupakan makanan terbaik dan gizi sempurna bagi bayi. Karena langsung dihidangkan dari pabriknya, maka ASI itu aman dan bersih bagi sang bayi. Dan yang penting pula, perlu digaris bawahi dan ditebalkan, ASI itu gratis-tis terproduksi setiap saat.

Lalu Mbak Konsultannya memaparkan fakta yang mengejutkan (walau tidak sampai menggulingkan saya ke lantai) bahwa menurut studi yang saya tidak ingat lengkap, perbedaan kualitas pertumbuhan bayi itu ditentukan oleh konsumsi ASI. Ada perbedaan yang sangat signifikan dari perkembangan dan pertumbuhan otak dan kesehatan bayi yang diberi ASI (ekslusif) dengan bayi yang tidak diberi ASI (baik susu formula atau cairan lain yang dipercaya dapat menggunakan ASI). Karena fakta yang utama adalah pertumbuhan 80% otak bayi itu terjadi pada masa 2 tahun pertama bayi hingga berkembang sempurna hingga usia dibawah 5 tahun. Jadi kebayang kan jika bayi tidak diberi ASI? Tentunya ini tamparan bagi para ibu-ibu muda yang tidak atau bahkan malas untuk memberikan ASI kepada bayinya dengan berbagai alasan.

Dan yang penting lagi adalah air susu pertama keluar adalah HAL YANG SANGAT PENTING UNTUK DIBERIKAN LANGSUNG KEPADA SANG BAYI. Collestrum, ASI yang pertama keluar, adalah makanan super gizi bagi bayi. Hanya dengan satu sendok collestrum bayi akan kuat tidak diberi ASI selama 5 hari kedepan. Hal ini penting dilakukan karena ada beberapa ibu baru yang mengeluh tidak bisa mengeluarkan ASI di awal-awal setelah melahirkan.

Beberapa temanku ada yang bercerita bahwa ada kasus sang bayi abis dilahirkan langsung dibawa jalan-jalan tanpa diberikan langsung ke ibunya. Bahkan ada yang ’sok pahlawan penawar dahaga’ dengan memberikan susu formula yang menjadi sponsor utama rumah sakit itu. Perlu diingat buat teman-teman, ITU JANGAN DIBIARKAN TERJADI! Mengertikah? Sekali lagi JANGAN BIARKAN ITU TERJADI!. Karena jika itu terjadi, selanjutnya bayi tidak akan meminum ASI.

Aturan utamanya, lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dimana sesaat setelah lahir bayi dilap dan segera diletakkan di dada sang ibu untuk membiarkan sang bayi mencari puting sang ibu dan meminum seteguk dua teguk collestrum yang ada. Konsultasikan ke dokter dan ke suster yang ada di TKP untuk melakukan ini. Setelah itu, berikan ASI ekslusif tanpa makanan dan minuman tambahan apapun sejak lahir sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, beri makanan dan tetap meneruskan pemberian ASI hingga berumur 2 tahun. Tetapi setelah aku tanyakan lebih lanjut, sampai 2 tahun itu, hanya diberikan ASI saja juga tidak apa, dan untuk jaga-jaga lakukan konsultasi dengan sang dokter bayinya untuk memastikan kebutuhan gizinya terpenuhi. Jadi perlu diingat, susu formula TIDAK PERLU diberikan saat umur 0-6 bulan.

Seperti kisah temanku yang harus berjuang sekuat tenaganya untuk melakukan IMD. Sebelumnya dia sudah berpesan hingga berbusa kepada sang dokter dan sang suster. Tetapi sesaat proses caesar selesai dilakukan, sang bayi langsung menghilang dibawa sang suster untuk dimandikan. Setelah teriak-teriak meminta bayinya dan melarang mamasukkan cairan apapun ke mulut anaknya sampai mengancam jika tidak diberikan juga, setelah 1-2 jam barulah sang bayi dibawa ke sang ibu. Itu pun hanya 5 menit untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan memberikan collestrum kepada sang bayi. Jadi disini pesannya, selain sang ibu yang gigih, diperlukan juga bapak siaga dan galak untuk mengatasi kondisi dan situasi seperti diatas.

Ada lho yang mempunyai alasan tidak memberikan ASI karena tidak dapat memproduksi ASI. Padahal, berdasarkan pencerahan dari Mbak Anna sang konsultan menceritakan bahwa ASI itu selalu ada apapun situasinya, kecuali memang secara medis ada gangguan. Jika sang bayi telah meminum ASI pertama Ibu, kandungan gizi dan lemaknya mencukupi untuk keperluan 5 hari tanpa minum apa pun. Yang umumnya terjadi justru karena mentalnya kurang kuat untuk percaya dapat memproduksi ASI.

Dari sekian banyak temanku yang sedang proses menyusui, kadang-kadang aku salut sama mereka yang bertekad mau untuk menyusui anaknya dimanapun dan apapun pekerjaannya. Tetapi ada juga teman-temanku yang mempunyai berjuta alasan untuk tidak menyusui anaknya. Bagiku, jika waktunya tiba untuk mempunyai anak, apapun akan kulakukan untuk memberinya ASI yang terbaik.

So, semenjak itu, aku jadi lebih cerewet sama cowokku untuk berpesan padanya untuk menjadi suami yang siaga saat mengandung hingga kelahiran, dan galak untuk dokter dan suster yang ’ngeyel’.

Wednesday, February 22, 2012

'Latah' Master Degree

Belakangan ini, aku sering berkumpul dengan 2 teman lamaku.

Yang pertama adalah guru besar yang sedikit galak di sebuah rumah makan terkemuka. Walau belum menikah, dia bertekad mau menikmati kehidupannya dalam berkarir dan menyelesaikan strata masternya di sebuah universitas swasta di jakarta bagian selatan.

Jika di dengar dari cerita suka dukanya kuliah sambil bekerja, mungkin sekilas memang menyenangkan. Beda halnya dengan pengalamanku yang pernah mengambil strata master sambil bekerja. Entah akunya yang terlalu perfeksionis atau tidak, setelah beberapa kali ketiduran diatas kertas2 dan berbantalkan laptop, satu saat aku menyerah untuk menunda hingga waktu yang lama.

Tidak lama, rejeki datang dengan memberikanku kesempatan untuk mengambil stata master di negeri tetangga. Satu sisi kupikir ini sangat menyenangkan karena saat itu nanti, benar-benar belajar tanpa bekerja.

Sedangkan satu lagi temanku, seorang wanita dengan karir sangat baik, pernah menjadi manajer di merk-merk terkenal di ibu kota, sudah berkeluarga dan baru mempunyai putri cantik. Dia yang selama ini terlihat seperti 'orang yang sangat beruntung' tiba-tiba menjadi mellow-yellow.

Magrib tadi dia sms, 'kayaknya enak ya sekolah lagi, jadi pengen S2 gua nih'.

Pertanyaan Klasik yang Perlu Keteguhan Hati

Apa yang akan kamu lakukan 10 tahun kedepan?

Well, ini pertanyaan standar interview, tetapi mungkin ini yang menjadi awal para interviewer panitia beasiswa kemarin itu percaya.

Saat itu adalah saat yang berani bagi diri untuk menyuarakan apa yang aku mau. Menyadari bahwa rintangan yang sesungguhnya hanyalah hambatan yang diciptakan oleh diri sendiri. Usaha kemarin itu sebenarnya adalah usahaku untuk mengalahkan dan jujur pada diri sendiri.

Mengulik sedikit kutipan dari buah pikir Mbak Merry yang terkenal dengan buku Mimpi Sejuta Dollarnya, tiada sukses yang diwarnai dengan kegagalan. Bahkan dalam paragraf terpentingnya dia menyatakan, kegagalan adalah ciri perjalanan sukses. Yang penting adalah bergerak terus, berjuang terus, dan mencoba terus.

Bagiku saat ini adalah bagaimana mencoba hidup di saat sekarang dan menyelesaikan semua tugas dengan baik.

Awalnya, yang kulakukan pertama kali saat bertekad adalah merubah semua pola berfikir dan aktifitas. Untuk menjadi berubah tidaklah mudah. Keluar dari zona nyaman hingga merasa sia-sia atas banyak hal yang telah dikorbankan. Pesanku hanya satu, carilah partner yang mampu memberikan motivasi disaat kita sudah ingin berhenti dan jangan pernah merasa sia-sia atas semua yang telah dilakukan,

"Terus berusaha di saat tidak ada kesempatan lagi yang terlihat, adalah kunci terpenting dari semua permainan menuju kesuksesan." (Kutipan bebas seiingetku dari sebuah buku berfikir positif ala Norman Vincent Peale).

Akhir dari semua itu adalah kembali ber-ikhtiar. Mengikhlaskan akhir dari sebuah usaha yang sungguh-sungguh. Tetaplah tenang dan selalu ingat, apa pun yang terjadi pada saat tersebut adalah hal yang terbaik yang terjadi pada saat itu. Karena aku percaya, di saat yang tepatlah semua cita-citaku akan tercapai.

Meneguhkan pikiran akan usaha yang dilakukan dan menyabarkan diri jika keberhasilan itu tertunda.

Oke, balik lagi pada pertanyaan awal. Jawabanku sangat simple, menjadi diri sendiri dan berjuang untuk mencapai cita-cita saya untuk menjadi ahli dibidang yang aku inginkan. Terkesan sombong mungkin, tetapi saat itu jawaban paling jujur yang pernah saya ucapkan.

Daftar Tunggu Buku

Sudah 3 kali keinginan membeli buku ini bolak balik dalan 3-4 bulan terakhir. Satu buku yang sangat memancing rasa keingintahuanku akan ‘the work of mind’ mengantarkanku kembali pada topik yang sangat fenomenal beberapa tahun lalu. Mind Mapping karya Tony Buzan. Tidak ada kata terlambat menurutku untuk kembali mengkaji buku yang tidak mati oleh jaman itu.

Buku kedua yang mulai memanggil adalah Mimpi Sejuta Dollarnya Merry Riana, seorang motivator sukses yang mulai dari hutang Sing $40.000 hingga penghasilan 1 juta dollar pada umur 30 tahun. Fantastik memang, sehingga buku tersebut tidak kalah seksinya dengan buku-buku motivasi lama yang ada di lemari buku. Katakannya sekelas Dale Carnagie, John C. Maxwell, Norman V. Peale, hingga Stephen R. Covey.

Feelingku buku Mbak Merry ini bakal menjadi teman yang bagus saat perjalanan panjang menuju tempat belajarku untuk 2 tahun ke depan.

Ditunggu ya ulasan singkatnya.

Monday, February 20, 2012

Sekelumit dari Arti Persahabatan

Aku punya banyak teman yang cukup dekat. Bahkan ada menyatakan kedekatan itu adalah sebuah persahabatan. Ada yang menarik dibalik kata persahabatan dari satu temanku yang cukup ajaib ini.

Satu orang menganggap sahabat itu adalah seseorang yang selalu ada di dekatnya saat dia butuh. Orang yang bersedia mendengarkan semua cerita dia, bahkan tidak jarang cerita-cerita itu hanyalah bualan dia belaka atau bahkan alasan-alasan pembenaran temanku itu untuk sesuatu hal yang dilakukannya.

Tetapi saat aku mendapatkan apa yang mungkin dia tidak dapati, aku merasakan rasa cemburu itu tumbuh merambat di setiap tatapannya. Bahkan menuduhku sombong untuk apa yang aku ceritakan kepadanya saat aku ingin berbagi cerita dengan teman yang aku rasa dekat.

Itu baru satu jenis dari definisi persahabatan yang kudapati dari satu orang. Banyak lho yang ajaib-ajaib lainnya.

Mengenai Ketulusan

Sadarkah jika disekeliling kita banyak sekali orang yang beraneka ragam kepribadian. Dan jika mau berbicara mengenai ketulusan, akan banyak sekali versinya.

Belakangan ini aku belajar banyak berhadapan dengan orang yang senang sekali bermuka manis di depan orang yang ingin dia dekati. Bahkan ada pula yang bermanis-manis ria di depan kita tetapi mematuk dari belakang. Pokoknya banyak banget tipe orang yang kutemui akhir-akhir ini.

Ada juga yang tidak mengakui bahwa ornag lain lebih dari apa yang sudah dia capai, hingga dalam mengucapkan selamat pun, panjang banget pesannya. Hingga dia bilang, "Selamat yaa, inget jangan sombong. Inget gw dulu juga gitu waktu jadi manajer di sebuah bank.. blaa..bla...". Hahaha aku hanya tertawa saja. Biar gimana pun negatifnya temanku itu, kata orang bijak dulu, namanya teman kita harus terima dia dalam hal baik dan buruknya. Yang penting, aku tidak ada niatan mau menjadi seperti dia.

Lalu, setelah kutahu semua itu? ya kusimpan saja dalam foldernya masing-masing. Setidaknya itu memperkaya pengetahuanku terhadap banyak karakter orang-orang yang ada di sekeliling kita.

Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah berusaha untuk berlaku tulus untuk apapun yang dilakukan. Baik untuk memuji hingga memarahi orang lain jika menurutku dia perlu diberitahu.